Life is adventure. from Allah to Allah


Sore itu, langit jogja mendung. Setelah seharian diguyur hujan membuat hawa dingin yang menusuk, malas rasanya beranjak dari kasur. Apalagi, ditambah kegiatan kuliah yang hampir menyedot energi dan baru hari itu bisa pulang lebih awal. Setelah sebelumnya pulang dengan keadaan matahari telah tenggelam.
Terdengar suara adzan begitu lantang menggema. Ya, karena kediamanku hanya berjarak lima langkah dari masjid . Jujur, hawa dingin yang  ditambah rasa lelah malah membuat aku begitu khusyu meringkuk diatas tempat tidur. Setelah adzan telah selesai dikumandangkan, aku mengurungkan rasa malasku ini. Kejar shalat tepat waktu rum... Kataku yang menjadi pecutanku saat itu.
Jalanan yang becek akibat diguyur hujan tadi, seorang anak memakai sarung yang kebesaran menggandeng lelaki paruh baya dengan erat, kupikir ia pasti bapaknya. Anaknya dengan begitu telaten dan lembut menuntun bapaknya memasuki pintu masjid. Allah, aku meringis. Bapak itu dengan tangannya meraba-raba pintu masjid. Allah, bahkan bapak itu yang tak bisa melihat saja begitu semangatnya datang ke masjid padahal masjidnya masih sepi. Anak yang kutafsir usianya masih 6 tahun pun begitu rajin menyambangi masjid.
Rasanya, aku begitu tertampar. Mataku yang normal, tubuhku yang Allah karuniai dengan begitu sempurnanya. Rupanya, jarang sekali raga ini akrab dengan masjid. Mengulur-ulur waktu shalat. Saat terdengar adzan, seringkali diri ini larut dalam Kegiatan aktivitas lainnya. Menunda-nunda shalat, padahal shalat ialah amal yang pertama kali dihisab.
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya,
“Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah sholatnya. Jika sholatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Hasan Gharib.”)
Illahi, diri ini seringkali mengaku mencintaiMu, mencintai Rasul, tapi apa bukti wujud cintaku?
Jika cinta yang hinggap pada dua insan yang tengah mabuk kasmaran. Bertemu dengannya ialah candu, candu untuk bertemu lagi dan lagi. Maka ya Allah semoga diri ini begitu rindu sekali menghadapMu disepertiga malamMu dan di awal waktu shalat fardhu
Ya Allah izinkan hamba mencintaiMu dengan segenap hati. Berharap padaMu dan hanya bergantung padaMu. Karena berharap kepada manusia, tak ubahnya tak mendapat apa-apa. Bahkan hanya kekecewaan saja yang didapat.
Yogyakarta, 13 Februari 2016