Kurang lebih setengah
tahun aku tidak menjamah tempat yang biasa ku sebut dengan rumah. hingga rindu
yang kutabung kian membuncah seiring dengan berlalunya hari demi hari. Dan
tibalah hari yang benar-benar kunanti. Libur!-yang artinya saatnya pulang
kerumah. Dengan tas ransel berisikan baju, sedikit oleh-oleh untuk Bapak Ibu, juga 2 buah buku-teman
mengusir bosan saat diperjalanan. Aku menempuh perjalanan untuk pulang ke
rumah. Memotong jarak yang terhampar luas
.
Aku terlonjak kaget ketika memasuki gang rumahku.
Bangunan yang berdiri sejak lama sudah dirombak bahkan beberapa ada yang
dibongkar dan digantikan dengan bangunan yang lain. Beberapa anak kecil yang
dulu tingginya hanya sepinggangku kini tingginya hampir menyamaiku atau bahkan
menyaingiku!. Ah. sudah berapa lamanya aku tak kembali? Hingga aku tak tau
banyak perubahan disana-sini.
Sejujurnya aku bernafas lega. Sebab, rumahku tak ada
perubahan yang berarti. Sepertinya ibu mempertahankan keasliannya. Bapakku pun masih
sama sukanya menantiku di teras rumah. hari itu juga kujumpai ia menungguku, ditemani dengan segelas
air putih-minuman kesukannya. Ibupun juga sama halnya dengan Bapak. Tak banyak
berubah. Ibu yang selalu memasakan makanan kesukaanku ketika aku datang. Ia
yang selalu mengkhawatirkan anak gadisnya. Ya, ia selalu sama. Tidak pernah
berubah. Selain kerut wajah yang kian nampak dan rambut yang kian memutih
akibat umur yang kian bertambah. Selain itu, Ibu dan Bapak masih sama seperti
dulu. Masih sama selalu mencintaiku.
Sejak dua tahun lalu aku memutuskan untuk pergi menimba
ilmu di kota pelajar, kini aku menjadi paham arti rumah sebenarnya. Aku menjadi
paham, mengapa banyak orang rela bermacet ria ketika mudik lebaran. Aku menjadi
begitu paham, mengapa orang dengan sukarela mengeluarkan uang yang boleh dibilang
tidak sedikit untuk membeli sebuah tiket. Ya, karena akupun merasakannya. Aku merasakan
bagaimana menunggu hari dimana aku bisa pulang ke rumah, membabat habis rindu
tiap kali muncul sampai hari itu tiba. Akupun merasakan, bagaimana menempuh
perjalanan panjang hanya untuk berjumpa. Semua itu dilakukan. Sebab, karena
satu alasan. Bertemu dengan orang yang terkasih di rumah. dan segala penat dan
peluh menguap begitu saja, ketika yang dirindukan menyambut dengan senyuman
yang hangat.
Karena sejauh apapun kaki ini melangkah, ia akan tahu kemana harus pulang. Dan tempat itu bernama rumah.
Dan aku selalu
merindukan rumah, dengan segala kesederhanaanya.
Tangerang, 19
Agustus 2017
Arum Melati Suci
0 komentar:
Posting Komentar