Bayangkan bagaimana
rasanya ketika hanya selembar uang yang dipunya tiba-tiba lenyap alias hilang? Panik
tentu pasti. Ditambah lagi selembar uang itu digunakan untuk ongkos berangkat
ke kampus. Panik, bingung dan segala perasaan campur adukku kala Senin pagi
sebelum berangkat ke kampus. Yah bagaimana tidak hanya modal atm yang dipunya
dan ironisnya tidak ada bank di dekat rumah. waktu jalan ke halte aku merapal
doa.."semoga ada bank dekat halte. Semoga.. semoga ya Allah". Dan ternyata ratusan
meter dari halte berdiri sebuah bank. Alhamdulillah, lega sekali rasanya..
Sepanjang jalan aku berpikir kok bisa ya uangku tiba-tiba
hilang. Apa lupa naruhnya, jatoh di jalan, apa ternyata bukan hilang tapi emang
beneran nggak ada didompet. Tapi seingatku ada kok beneran uangnya didompet. Hingga
tiba-tiba pikiran selintasku yang membuat batinku menohok. Apa jangan-jangan kamunya aja rum yang jarang sedekah. Sehingga Allah “memaksa”
menyedekahkan uangmu dengan cara itu. Jleb!
Sungguh, aku yang jarang sedekah itu memang ada benarnya.
Uang kiriman dari bapak-ibu kebanyakan dikeluarkan untuk keperluanku. Selebihnya,
jika ada sisa uang disimpan. Duh, lagi-lagi aku terlupa bahwa harta yang
dimiliki juga terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Sering terlupa pula
bahwa uang, harta benda, kekayaan pun dunia dan seluruh semesta ini milik
Allah. Maka bisa saja sewaktu-waktu Allah ambil.
Hari itu, aku tak sengaja juga melihat campaign donasi
penggalangan dana untuk korban Rohingya di kitabisa.com yang digagas oleh
Muzammil Hasballah. Sejenak aku berpikir apa aku ikut donasi itu ya? Tapi kalau
semisal uangku kepotong dan habis, dan aku. Ah! Segala macam pikiran liar dan
tapi-tapi yang lain segera ku tepis. Ayok
dong buktiin rum kalau Tuhanmu itu Allah bukan uang. Jika uangmu habis, tentunya kau tidak perlu risau bukan? kau kan
masih punya Allah. Sang Pemilik Semesta ini. Jadi, kenapa harus ragu?. Bismillah! dengan membulatkan tekad aku keluar
dari zona nyamanku. Ikut dalam kegiatan donasi itu.
Beberapa hari setelah menyumbangkan uang untuk donasi aku
jadi deg-degan. Jujur. Soalnya, uang yang kudonasikan adalah jatah uang untuk
keperluan makan. Nantinya makan apa ya kalau uangnya beneran habis, gimana buat
ongkos kuliah. Dan gimana-gimananya yang lain. Huh, aku menghembuskan nafas
dalam-dalam. Yakin rum! Yakin! kalau
Allah telah menjamin setiap rezeki manusia. Percaya deh nggak usah khawatir! Kalau
soal nggak ada duit buat makan ya tinggal puasa aja!. Kataku menyemangati
diri sendiri.
Sepekan kemudian. aku hafal betul waktu itu hari Minggu. Hari itu aku dibuat heran karena
saudaraku yang bekerja dan tinggal di Papua tiba-tiba saja mengunjungiku. Iya aku
terheran, untuk bertemu dengannya saja hanya pas momen lebaran idul fitri
sekali dalam setahun. pun kalau dianya pulang ke Jogja, kalau dia tidak pulang?
ya tidak ketemu. Ini tidak ada hujan tidak ada angin dia datang menjengukku. Dan
yang membuatku makin terheran lagi sekaligus terpana adalah saudaraku datang
dengan membawa seplastik besar makanan dan oleh-oleh, juga amplop yang
berisikan uang untukku! Ya Allah Ya Rabbi...
Pada detik itu aku sungguh terpana sekaligus haru. Bagaimana
tidak? aku yang niat sedekahnya masih mencoba ikhlas, aku yang masih
mengumpulkan kekuatan untuk menepis segala keraguan yang acapkali singgah. Aku yang
shalat dhuhanya yang kadang hari itu iya, kadang tidak. Masih sesempatnya
waktuku lenggang. Diberi balasan seperti ini, secepat ini? Allah engkau sungguh
maha baik sekali.
Kuhitung uang dan seplastik makanan juga barang
oleh-olehnya kutafsir melebihi dari uang yang kuberikan untuk donasi itu. uang
yang diamplop tersebut jumlahnya sama persis dengan uang yang kuberikan untuk
donasi. Dari sini aku semakin yakin bahwa Allah Maha Kaya, Allah Maha Tahu
segalanya kebutuhan kita. Jangan segan-segan untuk memberikan sesuatu yang kita
miliki untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Sebab matematika Allah itu
beda dengan matematika manusia, jika 10-1= 9 dalam matematika manusia. Belum tentu
dengan matematika Allah, bisa jadi nilainya 19. Sebab, Bersedekah pada dasarnya
tak akan membuat kita miskin. Malah bisa jadi ada banyak keberkahan dan
keajaiban yang terjadi di hidup kita kalau kita bersedekah. Bersedekah pun bisa
menjadi bentuk syukur kita pada Sang Pemberi Rezeki Kehidupan.
Dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda“Tidaklah harta menjadi berkurang kerana
sedekah, dan tidaklah seseorang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan
Allah akan menambah kehormatan kepada dirinya; dan seseorang tiada bersikap
merendah diri kerana Allah , melainkan ia akan diangkat darjatnya oleh Allah
.”( HR Muslim dan Tirmidzi )
*Semoga sepenggal kisah ini dapat bermanfaat. ambil yang baiknya, buang yang buruknya. Tulisan ini hanya untuk pengingat untuk saya sendiri. Sungguh, sayapun masih banyak belajar.
Yogyakarta, 08 Oktober 2017
Arum, di tengah waktu senggang setelah UTS
0 komentar:
Posting Komentar