Wajah mereka sederhanaPenampilan mereka bersahajaPun sikap mereka apa adanyaTapi ada yang bercahaya di sanaTapi ada yang memancar daripadanyaTapi ada yang melegakan di dalamnya:orang-orang sederhanaPada mereka aku belajar mengeja hidup-Azimah Rahayu
Kali ini izinkan saya menceritakan
sepenggal kisah sederhana dari orang-orang sederhana. Dari kisah sederhana
itulah, saya banyak memetik hikmah. Dari kisah sederhana itulah, saya simpan
pelajaran yang teramat dalam. Ya, kisah sederhana dari orang-orang sederhana.
Darinya, saya belajar mengeja hidup.
Kala
itu hari Jum’at di penghujung bulan Agustus. Seperti hari Jum’at biasanya hanya
ada 1 mata kuliah dan saat siang jam perkuliahan sudah selesai. Seperti biasa,
saya pulang ke rumah dengan menggunakan bus. Melewati rute yang juga biasa saya
lewati tiap harinya.
Hari
itu bus tampak senggang, tidak padat seperti jam pulang kantor. Jalanan kali
ini pun juga cukup ramah karena tidak ada kemacetan yang berarti. Satu-persatu
penumpang naik dan turun tiap bus menghampiri halte. dan disepanjang jalan,
saya membaca buku yang kebetulan dibawa. Lumayankan untuk mengusir kebosanan.
Ditengah
seriusnya saya membaca buku,-karya penulis azi. Terdengar suara yang mengusik
batin saya. Samar-samar saya mendengar suara lantunan ayat suci Al-Qur’an.
Batin saya tergugah, siapa ya yang baca Al-Qur’an di bus seperti ini? Saya pun
mencari sumber suara tersebut. Dan ternyata suara tersebut berasal dari bocah
laki-laki yang usianya jauh lebih muda dari saya. Saya hafal betul ia hanya
mengenakan baju koko putih sederhana dengan al-qur’an digenggamannya. Allah,
Melihatnya batin saya merasa tertohok.
Saya
hanya bisa melihat lembaran buku yang saya pegang dengan tatapan nanar.
Lembaran buku yang saya baca tadi, tidak menarik lagi untuk dibaca. Detik itu,
sungguh saya merasa tertampar. Teringat sudah sejauh mana mempelajari
Al-qur’annya? Sudah sejauh mana hafalannya? Hari ini, hari Jum’at udah selesai
baca Surat Al-Kahfi belum? dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menari-nari di kepala
saya.
Saya
termenung cukup lama, sungguh. Selama ini saya seringkali memberikan sisa-sisa
waktu luang untuk membaca Al-Qur’an. Atau bahkan yang lebih parahnya lagi,
karena kesibukan dan banyaknya kegiatan. Saya kerap lupa untuk menyempatkan
membaca Al-Qur’an. Astagfirullahaladzim Rum!
Melihatnya
membaca Al-qur’an di bus, saya menyadari bahwa ternyata baca Al-Qur’an itu
bukan soal have time. Bukan soal give time. Tapi make time. Kapanpun dimanapun
(kecuali di toilet) bisa kok baca Al-Qur’an. Bisa dengan bawa Al-qur’an yang
kecil, download Aplikasi Al-Qur’an di playstore, atau bisa juga dengerin
murottal Al-Qur'an lewat handphone. Ada banyak cara kok untuk lebih dekat dengan
Al-Qur’an. Tinggal gimana kitanya aja:’)
Abu
Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya
dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang
membacanya” (HR. Muslim).
So, Jangan lupa tilawah ya! dan Terimakasih dik, atas pelajaran
berharganya!
*Semoga sepenggal kisah sederhana ini bisa bermanfaat. ambil yang baiknya,
buang yang buruknya. Sesungguhnya, saya pun masih banyak belajar. Dan kisah ini pun merupakan pengingat bagi saya sendiri.
Yogyakarta, 18 November 2017
Arum, yang baru sempat nulis.
0 komentar:
Posting Komentar