Life is adventure. from Allah to Allah

Perempuan Tangguh Itu bernama Ibu




                   Jika ada yang bertanya, siapa perempuan tangguh yang aku kenal? Maka dengan lantang aku menjawab Ibu! Ibu merupakan sosok perempuan paling tangguh, kuat dan mandiri yang pernah aku kenal. Ia tak pernah mengeluh apalagi mengatakan lelah, sebetapa banyak apapun peluh perjuangan yang Ibu keluarkan.

                Ibu bisa menjelma jadi apapun. Ia bisa jadi koki handal yang memasak makanan untuk kami. Ia pun bisa menjelma sebagai perawat yang merawat aku atau ayah ketika jatuh sakit. Ia bahkan dengan rela menggadaikan waktu tidurnya untuk merawat kami. Iya, memang Ibu setangguh itu. tak hanya itu, Ibupun bisa menjelma sebagai Desainer, memilihkan baju mana yang paling cocok dikenakan kami. Pun dengan kemampuan menjahitnya, Ia sering membuatkan baju untukku. Jangankan, selain pekerjaan rumah yang bisa Ibu lakukan. Ibu bahkan bisa memanjat atap rumah untuk membetulkan atap yang bocor, memasang bola lampu, membenarkan air PAM kami yang kadang mati dan bahkan aku pernah juga melihatnya ikut membenarkan listrik yang konslet. Aku pun seringkali terheran, Pekerjaan apa coba yang tidak bisa ibu lakukan?

“Meskipun pekerjaan ini umumnya dilakukan laki-laki. Tapi perempuan pun harus bisa sedikit melakukannya Arum.” Katanya sambil memancing air keluar dari dalam jet pump.

“Jadi perempuan jangan seringkali merepotkan lelaki Arum!. Kalau nanti keadaan memaksamu untuk melakukannya sendiri. Bagaimana?” tambahnya mengingat hari itu air tidak bisa menyala sejak pagi dan cuma ada aku dan Ibu di rumah.

Ah perempuan tangguh itu, darinya aku banyak belajar.

               Sampai detik ini, ketika usiaku sudah menginjak duapuluh tahun. ibu masih menjadi sosok yang selalu mengkhawatirkan anak gadisnya. Ia masih sering menelpon sekedar menanyakan apakah aku makan dengan baik?, Apakah aku dalam keadaan sehat?, Mengingatkanku untuk tidur jangan terlalu larut. Ia pun masih seringkali khawatir jika aku sering berpergian jauh sendiri. Padahal seharusnya akulah yang mengkhawatirkan dan memperhatikan ibu.

               Lalu apa yang bisa aku berikan untuk ibu? Sepertinya tak ada satu hal pun di dunia ini yang setimpal dengan apa yang sudah ia lakukan. Ditambah ia tak pernah meminta apapun dariku. Ia tak pernah mengutarakan ketertarikannya pada apapun.

            Hingga pernah suatu hari. Tangisku pecah, karena aku merasa belum bisa membahagiakan Ibu. Seringkali merepotkannya dan menjadi salah satu penyebab kekhawatirannya. Aku meminta maaf sebab aku merasa belum bisa membahagiakannya, namun sejurus kalimat jawaban Ibu, yang aku hafal betul membuat hatiku teriris.

Jangan memikirkan kebahagian Ibu, Arum. Pikirkan saja kebahagianmu. Karena kebahagianmu adalah kebahagian Ibu juga!.


        Allah Ya Rabbi. Bisa-bisanya Ibu hanya memikirkan kebahagianku?. Batinku meringis mendengarnya. Sejak itu aku bertekad, untuk selalu menampakkan binar kebahagian di depannya. Untuk selalu membagi kebahagianku pada Ibu dan Ayah. Sebab, sumber kebahagian Ibu itu Aku. 
Dear mom, thanks for always being there for me, loving me, and care for me. No one can replace you in my deepest heart

Terimakasih untuk segala perjuanganmu yang menganggumkan itu Bu! Sungguh tak ada kata yang sebanding untuk menggambarkan rasa terimakasih padamu, yang membesarkanku tanpa lelah ini!. Duhai Allah, Izinkan aku menjadi perantara kebahagian Ibu dan Ayahku di dunia dan di akhirat Ya Rabb. Aamiin Allahuma aamiin

Keridhoan Allah tergantung pada keridhoan orangtua dan kemurkaan Allah tegantung pada kemurkaan orangtua. -H.R Tirmidzi

Sebab keridhoan Allah terletak pada ridhonya orangtua. Maka jangan sesekali membuat hati orangtua terluka ya! *Notetomyself



Yogyakarta, 29 Juni 2017




Arum Melati Suci 

0 komentar:

Posting Komentar